Kutai Timur – Ruang Hearing DPRD Kutai Timur yang biasanya riuh dengan diskusi, Selasa (6/5/2025) itu justru hening. Hanya terdengar bisik kecewa dari anggota Masyarakat Peduli Kutai Timur (MPKT), setelah menanti lebih dari satu jam. Agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC) mendadak batal. Penyebabnya? KPC tidak datang—dan tak menjanjikan kapan akan hadir.
“Kami datang bukan untuk marah-marah. Kami datang bawa solusi,” ujar salah satu anggota MPKT yang enggan disebut nama. Tapi sayang, solusi itu mengendap, tidak tersampaikan.
Empat agenda penting yang sedianya didiskusikan menyangkut hajat besar masyarakat: perbaikan Jalan Trans Rantau Pulung, alih fungsi Bandara Tanjung Bara jadi bandara umum, peningkatan dana CSR, serta pembangunan gedung UMKM. Empat isu, satu suara: ingin Kutim lebih inklusif dan berdaya.
Anggota Komisi D DPRD Kutim, Yulianus Palangiran, mencoba mencairkan suasana dengan analogi sederhana.
“Ibarat nunggu kekasih. Tapi ditunggu-tunggu, tak datang juga,” ujarnya lirih. Surat dari KPC memang datang, tapi justru menyampaikan ketidakhadiran tanpa alternatif waktu. “Ini bukan hanya soal formalitas. Ini soal komitmen,” tambah Yulianus.
Ketimbang larut dalam kecewa, MPKT memilih bergerak lebih inovatif. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah menggagas Forum Rakyat Digital—sebuah kanal daring untuk menyuarakan aspirasi warga, mengundang KPC dalam ruang diskusi virtual yang lebih fleksibel dan terbuka.
“Kalau dialog formal sulit terwujud, kami siapkan jalur alternatif,” kata seorang koordinator MPKT.
Selain itu, ada rencana membuat laporan tematik berbasis data komunitas, yang akan disebarluaskan ke publik dan pemegang saham KPC, sebagai bentuk tekanan etis yang lebih kuat. Kolaborasi dengan mahasiswa dan pegiat sosial media juga mulai dibangun.
“Kami tidak menunggu lagi. Kami menjemput perubahan,” tegas Yulianus.
Kutai Timur tak ingin hanya menjadi tuan rumah tambang. Warganya ingin menjadi mitra sejajar dalam pembangunan. Jika dialog tak bisa dilangsungkan di meja rapat, maka suara akan naik ke panggung publik. Lewat cara baru. Dengan semangat lama: demi kemajuan bersama. (SH)