Sangatta – Ketua Komisi D DPRD Kutai Timur (Kutim), Yan, menyatakan bahwa penerapan sistem sekolah pagi dan sore untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) justru menambah kompleksitas masalah pendidikan yang ada. Meski sistem ini diusulkan untuk mengatasi overload siswa tamatan SMP, Yan menilai bahwa solusi ini akan membebani para guru.
“Menambah jam sekolah pagi dan sore akan memberatkan guru. Solusi ini perlu dipikirkan ulang,” ujar Yan.
Di sisi lain, anggota DPRD Kutim, Hasna, mendukung penerapan sistem sekolah pagi dan sore dengan menyarankan penambahan hari sekolah dari Senin hingga Sabtu. Hasna berpendapat bahwa pengaturan jam belajar yang fleksibel bisa menjadi solusi sementara untuk mengakomodir semua siswa, sembari memanfaatkan sistem pendidikan yang pernah diterapkan sebelumnya.
“Sekolah bisa diatur dari Senin sampai Sabtu dengan pembagian waktu antara pagi dan sore. Ini bisa jadi solusi sementara karena populasi di Sangatta terus meningkat,” jelas Hasna.
Hasna percaya bahwa meskipun sistem ini merupakan langkah jangka pendek, ia dapat membantu menangani permasalahan kapasitas sekolah dan meringankan beban siswa yang belum terakomodir.
Namun, Yan menegaskan bahwa solusi yang diusulkan harus mempertimbangkan dampak pada tenaga pengajar. Menurutnya, meskipun usulan Hasna dapat membantu mengurangi beban siswa, hal itu tidak bisa diabaikan mengenai dampaknya pada beban kerja guru.
“Usulan ini memang membantu siswa, tapi kita harus memastikan bahwa solusi tidak justru membuat beban kerja guru semakin berat,” tambah Yan.
Dengan berbagai pandangan yang ada, diharapkan pihak terkait dapat mengevaluasi dan mencari solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk memastikan sistem pendidikan di Kutai Timur dapat mengakomodasi semua siswa tanpa mengorbankan kualitas pendidikan dan kesejahteraan tenaga pendidik.