Sangatta – Program beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) kepada mahasiswa perguruan tinggi asal daerah tersebut setiap tahunnya menjadi salah satu upaya nyata dalam mendukung pendidikan tinggi. Setiap tahun, ratusan mahasiswa menerima bantuan beasiswa ini, membantu mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun, Anggota DPRD Kutim, Leni Angriani, menekankan bahwa manfaat dari program beasiswa ini tidak seharusnya berhenti hanya pada bantuan finansial. Menurutnya, pemerintah perlu memikirkan cara agar investasi yang diberikan kepada para mahasiswa ini dapat kembali dalam bentuk kontribusi nyata bagi daerah setelah mereka lulus.
Leni menyatakan, “Saya mengapresiasi langkah pemerintah daerah dalam memberikan beasiswa kepada mahasiswa asal Kutim. Namun, yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana para penerima beasiswa ini bisa memberikan kontribusi balik yang nyata untuk daerah setelah mereka menyelesaikan pendidikan.”
Ia berpendapat bahwa mahasiswa yang telah mendapatkan beasiswa seharusnya menjadi agen perubahan bagi Kutim, dengan menerapkan ilmu dan keterampilan yang mereka peroleh selama masa studi. “Setelah lulus, mereka harus mampu membawa perubahan positif di Kutim. Ini bukan hanya soal mendapatkan gelar, tapi juga bagaimana mereka bisa menggunakan pengetahuan mereka untuk membangun daerah ini,” lanjut Leni.
Untuk itu, Leni mengusulkan agar pemerintah daerah merancang program yang mendorong mahasiswa penerima beasiswa untuk kembali ke Kutim dan berkontribusi secara aktif. Beberapa skema yang diusulkan antara lain program magang, penempatan kerja, atau bahkan kontrak kerja dengan pemerintah daerah. “Ini akan memastikan bahwa investasi yang dilakukan melalui beasiswa ini benar-benar memberikan dampak jangka panjang bagi Kutim,” jelasnya.
Selain itu, Leni juga menekankan pentingnya evaluasi dan pengawasan terhadap program beasiswa. Ia berargumen bahwa pemerintah perlu memastikan dana yang dialokasikan benar-benar mencapai target yang diinginkan dan memberikan manfaat yang berkelanjutan. “Program ini tidak boleh hanya menjadi formalitas. Harus ada evaluasi yang ketat untuk memastikan bahwa program beasiswa ini benar-benar efektif dan tepat sasaran,” tambah Leni.
Lebih jauh, Leni mendorong agar sosialisasi mengenai pentingnya kontribusi balik dari para penerima beasiswa ditingkatkan. Ia menekankan bahwa para mahasiswa harus menyadari tanggung jawab moral mereka untuk membantu membangun daerah setelah mereka mendapatkan pendidikan. “Mahasiswa penerima beasiswa harus memahami bahwa mereka memiliki kewajiban moral untuk berkontribusi kembali kepada daerah yang telah membantu mereka,” ujarnya.
Leni juga mengajak mahasiswa penerima beasiswa untuk mengembangkan rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap perkembangan daerah asal mereka. “Dengan ilmu dan keterampilan yang mereka miliki, mereka bisa menjadi agen perubahan yang akan membawa Kutim ke arah yang lebih baik,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Leni Angriani menyatakan bahwa program beasiswa ini harus terus didukung dan ditingkatkan agar semakin banyak mahasiswa asal Kutim yang dapat melanjutkan pendidikan tinggi. Namun, ia juga menggarisbawahi pentingnya memastikan bahwa para penerima beasiswa memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan daerah.
“Saya sepenuhnya mendukung program ini, tetapi kita juga harus fokus pada bagaimana memastikan bahwa manfaat dari program ini tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh seluruh masyarakat Kutim,” tutupnya.
Dengan komitmen bersama dari pemerintah, mahasiswa, dan seluruh pihak terkait, program beasiswa ini diharapkan tidak hanya membantu mahasiswa meraih cita-cita pendidikan mereka, tetapi juga menjadi katalisator bagi pembangunan yang berkelanjutan di Kutai Timur.